Kamis, 26 Juni 2008

Berdakwah Itu Wajib

KONSISTENSI dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW selama 23 tahun menjadi contoh dan teladan bagi kaum muslimin dalam melaksanakan kewajiban dakwah agama.

Manusia yang beriman kepada perintah Allah, berkewajiban menyampaikan dakwah, sedangkan hasil dari suatu usaha dakwah tersebut menjadi urusan Allah. Karena urusan hidayah adalah hak Allah.

Di sebuah kampung, ada ulama yang rajin berdakwah, kegiatan dakwahnya kemana-mana. Gaya bicaranya khas, disertai humor yang menjadi bumbu penyedap hidangan dakwahnya. Dia pandai menyampaikan isi dakwahnya sehingga sering diundang untuk menyampaikan ceramah agama, baik di masjid, langgar maupun di dalam kesempatan acara yasinan ibu-ibu dari rumah ke rumah.

Ulama itu pun populer di seantero kampung, namun tidak pada tetangganya. Justeru dia menjadi bahan gunjingan dan cemoohan. Ulama itu sendiri tidak tahu menahu kalau seperti itu keadaannya. Dia tetap konsisten dalam berdakwah.

Seorang perempuan bercerita kepada tetangganya saat berbelanja di pasar. Topiknya ya tentang ulama yang suka berdakwah tersebut.

"Ustadz kita itu sering mendakwahi orang lain, tapi keadaan rumah tangganya kacau balau," cetus seorang ibu.

"Ya... dosanya kan lebih besar kalau hanya bisa mengurusi orang. Tapi tidak bisa mengurus keluarga sendiri. Kita kan diperintah mengurus diri sendiri, baru keluarga kita. Jangan orang lain dulu," sahut ibu lainnya.

Pembicaraan pun kian hangat. Dia itu tak sanggup mengurus istri dan anak-anaknya sendiri. Keadaan di dalam rumah tangganya, tidak tercermin pesan-pesan moral yang telah disampaikan ulama tersebut seperti apa yang ada dalam dakwahnya.

Seorang santri yang tak enak hati mendengar gunjingan itu mendatangi ulama yang menjadi gunjingan tersebut. Pada satu kesempatan, santri itu mengadakan tanya jawab dengan ulama tadi.

Santri itu bertanya kepada ulama, "Ustadz, mohon maaf jika boleh saya ingin bertanya tentang kewajiban dakwah. Ada seorang ulama yang berdakwah kepada masyarakat, sementara akhlak keluarganya sendiri dia tak sanggup mengurusnya. Bagaimana sikap kami terhadap ulama seperti itu?"

Sebelum memberikan jawaban, ulama itu bercerita tentang perjalanan dakwah para nabi. Seperti usaha dakwah Nabi Nuh AS, Nabi Luth AS, Nabi Syu’aib maupun dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam menegakkan pesan-pesan moral agama kepada keluarganya dan masyarakat luas.

Dakwah yang dilakukan oleh Nabi Nuh AS kepada keluarga dan masyarakatnya, mendapat tantangan yang luar biasa. Hanya beberapa orang yang beriman kepada kerasulannya, hingga akhirnya turun azab Allah berupa banjir besar yang menenggelamkan negeri itu. Istri dan anaknya sendiri tak mau beriman kepada Allah, akhirnya tewas tenggelam.

Demikian pula Nabi Luth AS yang diturunkan kepada kaum Sodom. Tidak banyak dari kaum yang melakukan penyimpangan seksual itu yang mengimani kerasulannya, termasuk istri dan anaknya tidak beriman. Usaha dakwah terus dilakukan, namun kaum sodom bukannya berhenti dari perilaku homoseks dan lesbian, malah perbuatan amoral kian menjadi-jadi. Akhirnya Allah menurunkan azab berupa angin panas berpasir yang akhirnya menghancurkan negeri Sodom beserta kaum kafir. Istri dan anak Nabi Luth pun ikut tewas dalam azab yang diturunkan Allah itu.

Selanjutnya, Nabi Syu’aib AS dalam berdakwah justeru diberi ujian yang luar biasa. Tubuhnya dipenuhi penyakit kulit, seluruh tubuhnya bernanah dan dimakan ulat, kecuali hatinya. Karena Allah membiarkan agar hatinya tetap berzikir kepada Allah.

Dalam keadaan yang menyedihkan seperti itu, istri dan anaknya pun meninggalkan dia sebatang kara. Nabi Syu’aib yang penuh kesabaran itu tidak mampu memberikan hidayah kepada istri dan anaknya agar bersabar menerima ujian dari Allah.

Dari cerita tersebut, para nabi ternyata tidak mampu menjadikan keluarganya sendiri beriman kepada Allah. Meski demikian kewajiban dakwah tetap terus dilaksanakan. Sementara hasilnya adalah menjadi urusan Allah.

Menyangkut urusan ulama yang gemar berdakwah, dia memang telah menjalankan perintah agama, yaitu berdakwah, amar ma’ruf nahy munkar. Dia juga menjalankan kewajiban yaitu memenuhi undangan orang. Jika keadaan rumah tangganya masih tidak mencerminkan pesan-pesan moral agama yang disampaikannya dalam dakwahnya, itu urusan Allah, kita tidak perlu mencemoohnya.

Para nabi pun tak sanggup memberikan hidayah kepada keluarganya sendiri. Ulama itu juga pasti telah melakukan dakwah kepada dirinya dan keluarganya terlebih dulu sebelum kepada orang lain.

0 komentar: